Penambang Pasir Manual Lereng Gunung Kelud Tolak Adanya Alat Berat 

BA¦Ribuan pekerja penambang pasir manual lereng Gunung Kelud tepatnya di sungai Ngobo Desa Sepawon Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, Kamis pagi (26/10/2017) melakukan aksi unjuk rasa.

Tuntutan warga itu menolak adanya alat berat eskavator yang masuk untuk menggali di aliran sungai Ngobo itu. Dalam aksi spontan unjuk rasa itu ratusan truk berjejer di sungai tersebut.

Aksi warga penambang pasir manual ini dipicu adanya isu alat berat yang akan masuk di sungai Ngobo untuk menggali pasir. Sebelum itu terjadi warga melakukan aksi penolakan.

Budi warga setempat mengecam bila ada alat berat eskavator yang masuk akan dihadang. Karena para pekerja tradisional penambang manual itu sudah mengikuti aturan yang ada.

“Kami semua menolak adanya alat berat. Bila kami disakiti kami pasti akan menyakiti juga,” tegas Budi.

Diungkapkan Budi, menurutnya alat berat itu merusak semuanya. Merusak lingkungan juga berpengaruh dengan pencaharian para pekerja. Mata pencaharian dengan menambang pasir manual sejak dahulu.

“Kami bekerja disini untuk anak istri kami. Jangan sampai ada alat berat yang masuk,” ungkap Budi.

Hal senada dikatakan Sugeng. Bila ada alat berat itu akan menutup mata air berdampak tidak mengairi di dua Kecamatan yakni Kecamatan Plosoklaten dan Puncu. Selain itu juga bila datang musim hujan bisa berdampak longsoran tebing sungai.

“Dulu pernah ada ada alat berat. Ternyata mata air yang mengairi di Desa Satak Kecamatan Puncu dan di Desa Trisulo, Sepawon Kecamatan Plosoklaten airnya tidak mengalir,” jelas Sugeng.

Dijelaskan Sugeng, aksi ini adalah berdasarkan dari hati nurani. Bahkan tidak ada tendensi apapun selain mempertahankan mata pencaharian pekerjaan mencari pasir dengan cara manual.

“Kami bergerak seperti ini dari hati nurani. Dan kami orang bawah hanya ingin butuh pekerjaan,” jelas Sugeng. (gar)