Wow! Pohon Randu Alas Tertua di Dunia ada di Blitar

BA¦Randoe alas atau randu alas memiliki morfologi yang tidak jauh berbeda pada tanaman pada umumnya, yaitu sebatang pohon randu yang tumbuh di tengah hutan penduduk.

Namun terdapat sebuah pohon randu alas tua nan menjulang tinggi di sebuah Dusun Krajan,
Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar.

Dengan tinggi pohon mencapai 30 meter.
Pohon Randoe Alas ini menjadi pohon randu terbesar di dunia. Sedangkan umur pohon ini diperkirakan sudah berumur ratusan tahun, sejak perkampungan di Blitar Selatan ini masih berupa hutan lebat.

Besar bonggol pohon Randoe Alas belum ada ukuran pasti hanya saja perlu 13 orang dewasa lebih yang merentangkan tangan dan bergandengan untuk bisa mengitari pohon randu raksasa ini. Lokasinya pohon Randoe Alas tak jauh dari Kantor Dusun Krajan, Desa Tumpak Kepuh, sekitar 35 km ke selatan dari pusat Kota Blitar.

Bila dipandang dari kejauhan terlihat jelas bentuknya yang tingginya melebihi rata-rata pohon yang tumbuh di kanan kirinya. Jika dilihat dari bawah cabang-cabang pohon randu alas merentang kekar bagaikan lengan.

Dengan bebas, sinar mentari menerobos masuk melewati sela-sela daun. Dahannya yang besar menjadi tempat (media) tumbuh sebesar pohon beringin, tanaman paku sarang burung, paku picis dan sebagai rumah dari beberapa fauna seperti burung kutilang.

Tampaknya aneh ketika musim kemarau tiba, daun randu habis berguguran, tinggal pohon beringin yang hijau subur seolah pohon randu berdaun beringin ber-sulur hingga hampir menyentuh tanah.

Konon menurut warga sekitar, pada tahun 2015, pohon randu alas dihuni oleh sekelompok populasi kera berekor panjang yang tak tahu datangnya dari mana dan hilang entah kemana. Menurut penuturan seorang warga yang merupakan penduduk asli Desa Tumpak Kepuh, banyak mitos dan cerita mistis yang berkembang di masyarakat seputar pohon randu. Pohon Randoe Alas ini dahulu merupakan tanda tanah wewengkon (kekuasaan) dari Keraton Mataram.

Uniknya, pohon Randoe Alas itu ada sepasang. Yang satu ditanam di keraton, dan satunya lagi randu yang tumbuh di desa Tumpak Kepuh. Pohon randu yang di keraton adalah randu wedok (perempuan), sedangkan randu yang ada di Tumpak Kepuh randu lanang (laki-laki) karena tak pernah ditemukan buahnya, pohon Randoe Alas ini tidak seperti pohon Randoe Alas pada umumnya.

Ditambah lagi dengan bunga pohon randu yang berwarna merah dan buah kecil-kecil seperti kapas. Sementara itu, biji randu alas tidak pernah tumbuh disana, sehingga tidak pernah ditemukan tunas randu alas di desa itu.

Meski pohonnya terletak di desa Tumpak Kepuh, jatuhnya buah di Keraton Mataram. Dulunya, orang-orang dari Mataram mengunjungi pohon randu alas itu. Mereka membuat sesaji, menyembelih kambing dan melakukan ritual di bawah pohon Randoe Alas. (Elmo)